Kamis, 24 April 2014

MAKALAH SANITASI

I.         PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Penanganan dan processing komoditas termasuk pemanenan, pengeringan, pengangkutan dan penyimpanan, pembersihan dari kotoran dan penggilingan mempengaruhi populasi serangga pascapanen.  Penggunaan mesin pemanen (pada gandum) meningkatkan biji rusak sehingga meningkatkan peluang infestasi.  Pengeringan berarti kadar air turun sehingga serangan hama juga menurun, namun bisa juga terjadi pecah (cracking) pada biji sehingga membuka jalan bagi infestasi hama.  Pengangkutan dan penyimpanan juga mempengaruhi populasi hama.  Hama gudang diketahui bisa bertahan pada sisa- sisa makanan di peralatan transportasi. 
Selama masa penyimpanan komoditi pangan dapat mengalami kerusakan yang disebabkan oleh serangan hama serangga, tungau, cendawan, burung, dan tikus. Diantara hama-hama tersebut, hama serangga merpakan penyebab kerusakan terbesar. Serangga hama dalam gudang mempunyai kemampuan berkembang biak yang cepat sehingga dalam setahun dapat mengahsilkan beberapa generasidan dapat berpindah bersama-sama dengan komoditi.
Demikian juga halnya dengan makanan sanitarian yang harus bersaing dengan berbagai jenis spesies hama gudang seperti serangga, tikus, dan burung. Selama abad terakhir, diperkirakan 10 juta orang meninggal dikarenakan terinfeksi virus yang berasal dari hewan pengerat. Sebuah program yang efektif terhadap hama dimulai dengan pemahaman dasar karakteristik sumber kontaminasi hama dan pengetahuan yang komprehensif tentang cara pemusnahan yang aman dan efektif serta memahami prosedur pengendaliannya. Jika operator pengendalian hama tidak digunakan untuk mengendalikan hama, satu atau lebih karyawan (tergantung pada ukuran organisasi) harus dilatih dan bertanggung jawab untuk menjaga pengendalian hama yang efektif.
Penghapusan tempat penampungan, sampah, bahan yang membusuk, dan peralatan akan mencegah kehadiran serangga dan hewan pengerat. Hama dapat ditemukan di daerah tertutup seperti di bawah rak, platform, peluncuran, dan saluran, terutama jika puing ditumpuk dilokasi penyimpanan bahan pangan. 

B. Tujuan

Tujuan membahas pengendalian hama adalah untuk mengenalkan kita dengan hama utama yang dapat mencemari pasokan makanan dan bagaimana kehadiran para tamu yang tidak diinginkan dapat dikontrol dan untuk memberikan pemahaman tambahan sanitasi dampak serangga, tikus, dan burung pada kontaminasi pasokan makanan.



II.      TINJAUAN PUSTAKA

            Menurut DeSorbo, (2004), hama yang paling umum dalam pabrik pengolahan makanan dan fasilitas jasa makanan di seluruh dunia adalah kecoa. Hama ini membawa dan menyebarkan organisme berbagai penyakit. Membawa sekitar 50 mikroorganisme yang berbeda (seperti Salmonella dan Shigella), Poliomielitis, dan Vibrio cholerae, agen penyebab kolera. Kecoa menyebar organisme yang tidak diinginkan melalui kontak dengan makanan, khususnya melalui menggigit dan mengunyah.
Serangga hama gudang umumnya berukuran sangat kecil bahkan sering susah atau tidak terlihat. Kumbang maupun ngengat dapat bertahan hidup pada bahan simpanan dalam bentuk apapun bahkan pada remah-remah makanan yang telah tercampur dengan debu atau air dalam jumlah yang sangat terbatas sekalipun seperti pada celah-celah lantai, dinding maupun peralatan/ mesin. Suhu dan kadar air pada produk simpanan sangat berperan penting bagi perkembangan serangga hama. Umumnya lingkungan gudang menawarkan kedua kondisi tersebut dalam keadaan optimal bagi serangga hama. Lampu dan vegetasi luar juga merupakan daya tarik bagi hama untuk datang disamping incoming supply yang membawa serangga hama dari luar (Mueller, 1998).
Hama dan serangga tersebut dapat dikontrol melalui identifikasi dan penghapusan bahan-bahan yang tersimpan penuh dan penyimpanan produk. Nilai metil bromida untuk kontrol terbatas karena kerumitannya penggunaan, biaya, dan mengantisipasi fase-out. Sebuah teknologi yang potensial untuk mengendalikan Rokok Kumbang adalah perlakuan panas. Termal perawatan di mana suhu udara di sekitarnya meningkat menjadi 48 º C dan ditahan selama 24 jam adalah yang paling mematikan bagi serangga (Hirsch, 2004).
Hama lain yang  dapat secara efektif mengidentifikasi objek baru atau asing di lingkungan mereka dan melindungi diri terhadap perubahan di sekitarnya ádalah tikus. Menyatakan bahwa tikus biasanya menerima sebuah objek baru, seperti perangkap, sering setelah sekitar 10 menit.Natrium fluorosilicate dan chlorophacinone antikoagulan adalah bubuk pelacakan beracun yang efektif dalam pengendalian tikus.Kecuali untuk squill merah, tikus dihancurkan dengan racun yang sama seperti tikus (Hill, 1990).
Oleh karena banyaknya hama dan serangga yang mengganggu maka Shapton dan Shapton (1991) menyarankan bahwa peralatan luar harus dinaikkan 23 sampai 30 cm yang jelas dari permukaan untuk mencegah suaka tikus. Semak-semak harus minimal 10 m dari fasilitas makanan. Katsuyama dan Strachan (1980) merekomendasikan bahwa strip rumput-bebas 0,6 sampai 0,9 m dalam ukuran ditutupi dengan lapisan batu kerikil atau 2,5-3,8 cm di sekitar gedung pengolahan makanan. 
Pengendalian hama dalam perusahaan makanan harus secara berkesinambungan melalui sanitasi yang efektif dan penggunaan bahan kimia. Bentuk yang paling penting dari kontrol sanitasi efektif. Hama ini membutuhkan makanan, air, dan tempat bersembunyi terlindung. Exterior pencahayaan, termasuk lampu parkir, harus terdiri dari bola lampu uap natrium-lampu kuning) yang menarik serangga lebih sedikit dibandingkan dengan jenis-pijar standar (Eicher, 2004).  
Kemasan tahan serangga adalah strategi pengendalian yang mungkin tidak selalu dimasukkan ketika mempertimbangkan kontrol non-kimia atau teknik pengecualian. serangga produk Disimpan bervariasi dalam kemampuan mereka untuk paket kontes (Arthur dan Phillips, 2003). Hama ini dapat penembus, melalui bahan kemasan atau penyerang yang dapat masuk melalui jahitan atau bukaan. Serangga dapat berbeda-beda dalam kemampuan mereka untuk memasukkan paket pada tahap kehidupan yang berbeda (Mullen, 1997). Kemasan film mungkin berbeda dalam kemampuan mereka untuk mencegah masuknya serangga. Sebagai contoh, film polypropylene lebih tahan terhadap serangga masuk daripada penggunaan polivinil klorida polimer.

III.   PEMBAHASAN

A.    Infestasi Serangga
Hama Arthropoda diproyeksikan menyebabkan kerugian pasca-panen antara 8 hingga 25% di negara maju dan 70 hingga 75% di negara-negara berkembang. Kerugian ini disebabkan konsumsi hama dan kontaminasi.

1. Kecoa
Hama yang paling umum dalam pengolahan makanan pabrik dan fasilitas jasa makanan di seluruh dunia adalah kecoa. Pengendalian hama ini sangat penting karena mereka membawa dan menyebarkan organisme berbagai penyakit. Banyak membawa sekitar 50 mikroorganisme yang berbeda (seperti Salmonella dan Shigella), poliomielitis, dan Vibrio cholerae, agen penyebab kolera.
Kecoa menyebar organisme yang tidak diinginkan melalui kontak dengan makanan, khususnya melalui gigitan. Meskipun mereka lebih suka makanan yang mengandung sejumlah besar karbohidrat, mereka akan memakan substansi buangan manusia, seperti pada kotoran manusia, bahan membusuk, serangga mati (termasuk kecoa lainnya), lapisan sepatu, dan bahan kertas dan kayu. Kecoa paling aktif di daerah gelap dan di malam hari, saat aktivitas manusia kurang ada.
Hama ini berkembang biak dengan cepat oleh produksi bulanan kasus telur kecil yang dapat mengandung 15 sampai 40 telur. Tiga spesies kecoa yang paling sering menyerbu perusahaan di Amerika Serikat, antara lain: 
·      Kecoa Jerman (Blatella germanica)
Kecoa Jerman memiliki panjang 13 sampai 20 mm dan berwarna coklat muda, dengan dua garis coklat gelap di belakang kepala. Kecoa dewasa dari kedua jenis kelamin memiliki sayap yang berkembang dengan baik. Kecoa  betina membawa telur secara menonjol dari ujung perut sampai penetasan terjadi yaitu selama 9 bulan, sebuah betina dewasa menghasilkan sekitar 130 keturunan.
Kecoa Jerman biasanya mendiami pada ruang pengolahan utama atau ruang persiapan disamping area penyimpanan, kantor dan fasilitas kesejahteraan. Kecoa ini juga lebih suka mendiami celah yang hangat di dekat sumber panas.

·      Kecoa Amerika (Periplaneta americana)
Kecoa spesies ini memiliki panjang sekitar 40 sampai 60 mm dan merupakan kecoa terbesar di Amerika Serikat. Kecoa dewasa berwarna coklat kemerahan sampai coklat, dan coklat muda pucat.
 Kecoa Amerika cenderung menghuni daerah terbuka, daerah basah, seperti ruang bawah tanah, got, daerah drainase, dan area sampah, meskipun spesies ini dapat ditemukan dalam ruang penyimpanan. Mereka cenderung tinggal di tempat-tempat yang sedikit lebih dingin dan memiliki celah yang lebih besar. 

·      Kecoa Oriental (Blatta orientalis)
Kecoa oriental memiliki warna yang mengkilap, coklat tua sampai hitam dan memiliki panjang sekitar 25 mm.  Pada spesies ini kecoa muda berwarna coklat muda. Telur dari kecoa betina akan dihasilkan setelah kecoa betina hidup 5 sampai 6 bulan dan dapat menghasilkan satu produksi telur per bulan untuk perkiraan produksi 80 kecoa. Jenis ini lebih menyukai habitat yang mirip dengan kecoa Amerika. Pada tanaman pangan, mereka biasanya mendiami tempat penyimpanan bawah tanah atau daerah-daerah dengan lingkungan yang lembab.

Deteksi Keberadaan Kecoa
Kecoa dapat ditemukan di lokasi di mana makanan sedang diproses, disimpan, disiapkan, atau dilayani. Serangga ini cenderung untuk bersembunyi dan bertelur di dalam gelap, hangat, dan daerah yang sulit untuk bersihkan. Tempat favorit mereka adalah ruang dalam ruang kecil, dan tumpukan peralatan dalam rak. Salah satu cara termudah untuk memeriksa kutu kecoa adalah dengan memasukkan serangga kedalam tempat penyimpanan yang gelap.

Pengontrolan Kecoa
Kutu Kecoa dikontrol dengan mengurangi tempat-tempat yang  optimal untuk perkembangbiakan kecoa dengan memberikan suhu 5°C . Penggunaan bahan kimia kadang-kadang ditambah dengan insektisida nonresidual pyrethrin berbasis memaksa serangga dari daerah tersembunyi ke wilayahterbuka, di mana kontak diperbaiki dengan insektisida dapat terjadi. Senyawa lainnya, seperti diazinon microencapsulated flowable, tersedia untuk pengontrolan kecoa dan serangga lain didaerah retak, atau celah tapi tidak untuk aplikasi di daerah penanganan makanan. Cairan pestisida, dan siflutrin digunakan sebagai racun saraf yang membunuh serangga. Bahan kimia yang memiliki toksisitas sangat rendah untuk manusia dan hewan peliharaan, dapat ditemukan dalam insektisida komersial seperti Raid. Serbuk, dinatrium octoborate tetrahydrate, adalah formulasi asam borat dengan toksisitas rendah bagi manusia dan hewan peliharaan, tetapi menyebabkan serangga untuk dehidrasi dan mati (DeSorbo, 2004). 

2. Serangga Lain
a. Lalat Buah (Drosophila melanogaster)
Lalat buah memiliki ukuran yang lebih kecil dari lalat biasa. Lalat buah merupakan lalat yang musiman dan yang paling melimpah di akhir musim panas dan gugur. lalat buah dewasa memiliki panjang sekitar 2 sampai 3 mm, dengan mata merah dan badan ringan serta berwarna coklat. Mereka tertarik pada buah, khususnya buah busuk. Hama ini tidak tertarik untuk pembuangan kotoran atau kotoran hewan, dengan demikian, mereka membawa bakteri yang tidak berbahaya.



Pemberantasan Lalat Buah
Lalat buah sangat sulit untuk diberantas, namun perangkap listrik bisa dijadikan suatu metode yang efektif dalam memberantas lalat buah.

b. Semut, Gegat, dan Firebrats
Semut sering bersarang di dinding, terutama di sekitar sumber panas, seperti pipa air panas.  Semut, kumbang, dan ngengat dapat berkembang pada jumlah makanan  yang sangat sedikit. Penyimpanan makanan yang baik dan benar dan bahan perlindungan penting melawan hama. Gegat dan firebrats dapat berada di celah-celah, pinggir, jendela dan doorframes, dan antara lapisan isolasi pipa. Karena hama ini berkembang di daerah tidak terganggu, kehadiran mereka menunjukkan daerah tersebut jarang dibersihkan. Gegat suka lingkungan yang lembab, misalnya, ruang bawah tanah dan saluran air. Firebrat ini lebih mungkin ditemukan di lingkungan hangat, seperti sekitar pipa uap dan tungku.

Pemusnahan Serangga
Pemusnahan serangga dapat dilakukan dengan menggunakan pestisida, Residu Insektisida, Insektisida Nonresidual, Fumigasi, Penggunaan Umpan, Metode Light Traps, Sticky Traps, Pengendalian Hayati, Perangkap Feromon, Trap Penempatan, Pemantauan Infestant.

3. Tikus
a. Rodents
Tikus merupakan hewan pengerat dan sangat sulit untuk mengontrolnya karena indera pendengaran, sentuhan, dan bau yang mereka miliki. Hama ini juga dapat secara efektif mengidentifikasi objek baru atau asing di lingkungan mereka dan melindungi diri terhadap perubahan di sekitarnya.


b. Rats
Tikus ini dapat masuk melalui lubang kecil seperti seperempat, bisa memanjat dinding bata vertikal, dan dapat melompat hingga satu meter vertikal dan horisontal 1,2 meter. Tikus ini dikenal perenang yang kuat dan dikenal karena kemampuan mereka untuk berenang melalui perangkap mangkuk toilet dan lantai saluran air.

c. Mice
Tikus ini sering dikenal dengan nama Domesticus Mus musculus dan M. brevirostris musculus, hampir sama liciknya seperti tikus lain. Tikus ini dikenal masuk ke gedung melalui lubang sekecil nikel. Tikus ini adalah perenang yang terampil dan dapat berenang melalui saluran air dan perangkap lantai toilet, dan mereka memiliki rasa dan keseimbangan yang sangat baik. Tikus ini adalah binatang pengerat kotor dan dapat menularkan penyakit serupa dengan yang disebarkan oleh tikus lainnya. Tikus rumah, yang ditemukan di mana-mana di Amerika Serikat, memiliki panjang tubuh 6 sampai 9 cm dan berat sekitar 14 sampai dengan 21 g. Tikus ini memiliki kepala kecil dan kaki dan telinga menonjol besar.

Pengontrolan Tikus
Pengontrolan tikus adalah dengan cara memberikan racun, jebakan dan mencegah masuknya tikus serta menutup tempat hunian tikus tersebut. Pembersihan tampat makanan tikus juga merupakan salah satu cara dalam mengontrol dan memusnahkan tikus. Selain itu pelacakan dengan menggunakan bubuk beracun, penyerangan dengan menggunakan zat beracun dapat membunuh tikus. Penangkapan dan penggunaan ultrasonic juga dapat membantu dalam pemberantasan tikus.

4. Burung
Burung seperti Columba livia (merpati), Passer domesticus (burung gereja), dan Sturnus vulgaris (jalak) dapat menimbulkan masalah untuk fasilitas makanan. Kotoran burung tak sedap dipandang dan dapat membawa mikroorganisme merugikan manusia. Burung pembawa potensial dari tungau, mikosis, ornithosis, pseudotuberculosis, toksoplasmosis, salmonellosis, dan organisme yang menyebabkan ensefalitis, psittacosis, dan penyakit lainnya. Serangan  serangga juga dapat terjadi akibat  dibawa ke pabrik oleh burung. Hubungan dekat burung, seperti jalak Eropa, dengan orang-orang di daerah perkotaan menyajikan ancaman karena kecenderungan mereka untuk pengiriman dari penyakit jamur dan bakteri secara langsung dan juga berfungsi sebagai reservoir untuk ensefalitis virus (Gingrich dan Oysterberg, 2003).

Pengontrolan Burung
Burung dapat dikontrol dengan menngunakan perangkap. Perangkap harus prebated selama 1 sampai 2 hari untuk memungkinkan aklimasi. Kabel yang diberikan kejutan listrik ringan dan pasta yang mengusir burung juga efektif dalam mencegah mereka dari bertengger dekat perusahaan makanan. Namun, kabel listrik mahal dan memerlukan pemeriksaan sering dan pemeliharaan. Lampu berkedip dan perangkat noisemaking memiliki efek terbatas pada burung, yang segera menjadi terbiasa dengan peralatan ini. Teknik lainnya yang mungkin efektif jika dilakukan berulang-ulang adalah penghapusan sarang burung dan penyemprotan burung dengan air sebagai bentuk pelecehan. Prosedur yang paling efektif untuk pemberantasan adalah pekerjaan seorang pembasmi yang mengkhususkan diri dalam mengendalikan burung. Seorang pembasmi profesional memberikan keahlian dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk penggunaan bahan kimia secara aman untuk memerangi burung. 
Kepadatan burung dapat dikurangi melalui penggunaan racun kimia yang tersedia secara komersial, walaupun senyawa ini tidak boleh digunakan di dalam suatu bentuk usaha makanan. Strychnine telah digunakan di masa lalu, namun penggabungan dibatasi oleh beberapa peraturan daerah. Strychnine alkaloid digunakan pada konsentrasi 0,6% untuk umpan mantel seperti biji-bijian serealia. burung mati harus dibuang sehingga anjing dan kucing tidak akan makan mereka dan menderita keracunan sekunder. Senyawa lain yang mengontrol kepadatan burung adalah 4-aminopyridine. Selain membunuh burung, menyebabkan burung-burung yang terkena dampak untuk membuat suara marabahaya dan berperilaku normal, sehingga menakutkan diri mereka yang tetap. Azacosterol adalah sterilant sementara disetujui hanya untuk pengontrolan merpati. Sebuah metode pengendalian biologis seperti ini menawarkan potensi dengan risiko kurang dari senyawa lainnya tetapi hanya menyediakan solusi jangka panjang, terutama dalam spesies berumur panjang seperti burung merpati. Minimal nilai intermediate dari senyawa ini adalah yang diberikan kepada sanitasi yang harus menyingkirkan populasi burung dengan cepat.

B. Penggunaan Pestisida 
Insektisida tidak boleh disemprotkan di daerah makanan selama jam beroperasi. Insektisida harus diterapkan hanya setelah shift, selama akhir pekan, atau pada waktu lain ketika pembentukan makanan ditutup. Tindakan pencegahan harus diambil untuk menjamin terhadap percikan atau drift insektisida keluar dari area pengobatan untuk permukaan yang berdekatan atau ke makanan. Residu  insektisidal, yang umumnya dalam bentuk kering mengandung senyawa beracun yang sama yang berada dalam semprotan juga tersedia.Mereka membutuhkan keterampilan lebih dalam aplikasi dibandingkan semprotan dan harus dikelola hanya oleh operator  pengendalian hama.
Sebelum penggunaan insektisida digunakan untuk produk makanan dimakan atau area pasokan penyimpanan, semua makanan terbuka dan barang pasokan harus ditutup di area yang akan disemprotkan. Peralatan yang digunakan dalam penyemprotan pasti akan menjadi tercemar dan harus benar-benar dibersihkan sebelum digunakan kembali. Hal ini paling baik dilakukan dengan menggosok senyawa pembersih dengan air panas, lalu berkumur. Produk yang mengandung sisa-jenis insektisida tidak boleh digunakan pada setiap permukaan yang bersentuhan dengan makanan. Sebuah prosedur fumigasi ini tidak dianjurkan kecuali tampaknya menjadi metode efektif saja, dan bahkan kemudian hanya apabila dilakukan oleh fumigator profesional. Dalam situasi harus personil pabrik biasa atau supervisor mencoba jenis pekerjaan kecuali mereka benar-benar terlatih. Bahkan ketika fumigators profesional yang melakukannya, para manajer pabrik harus memastikan diri bahwa semua tindakan pencegahan telah diambil sesuai dengan praktek-praktek keselamatan yang berlaku.
Tindakan pencegahan berikut ini, disarankan oleh National Restaurant Association Yayasan Pendidikan (1992), harus dipertimbangkan ketika menerapkan pestisida:
1.      wadah pestisida harus diidentifikasi dan diberi label.
2.      Exterminators bekerja harus memiliki asuransi pada pekerjaan mereka untuk melindungi pendirian, karyawan, dan pelanggan.
3.      Instruksi harus diikuti ketika menggunakan pestisida. Bahan kimia ini harus digunakan hanya untuk tujuan yang ditunjuk.Sebuah insektisida efektif terhadap satu jenis serangga tidak dapat merusak hama lainnya.
4.      Racun paling lemah yang akan menghancurkan hama harus digunakan dengan konsentrasi yang dianjurkan.
5.      semprotan berbasis minyak dan berbahan dasar air harus digunakan di lokasi yang sesuai. semprotan berbasis minyak harus diterapkan di mana air dapat menyebabkan korsleting listrik, menyusut kain, atau jamur penyebabnya. semprotan air tersebut harus dapat diterapkan di lokasi-lokasi dimana minyak dapat menyebabkan kebakaran, kerusakan karet atau aspal, atau bau yang menyenangkan.
6.      Lama terkena semprotan harus dihindari. Pakaian pelindung harus dipakai selama aplikasi, dan tangan harus dicuci setelah aplikasi pestisida.
7.      Makanan, peralatan, dan peralatan tidak boleh terkontaminasi dengan pestisida.
8.      Jika keracunan terjadi, seorang dokter harus disebut. Jika dokter tidak tersedia, sebuah pemadam kebakaran, regu penyelamatan, atau pusat kendali racun harus dihubungi. Jika ssistance langsung tidak dapat diperoleh, pengobatan harus mencakup induksi muntah dengan memasukkan jari ke dalam tenggorokan, dengan tindak lanjut dari 2 sendok makan garam Epsom atau susu magnesium dalam air, diikuti oleh satu atau lebih gelas susu dan / atau air. Jika racun tidak bahaya ini, tidak ada tindakan yang harus diambil sampai dokter datang. Dari keracunan logam berat harus ditangani dengan pemberian satu sendok teh-setengah bikarbonat soda dalam segelas air, 1 sendok makan garam dalam segelas air hangat (Sampai muntah jelas), 2 sendok makan garam Epsom dalam segelas air, dan dua atau lebih gelas air. Jika keracunan strychnine terjadi, mengelola 1 sendok makan garam dalam segelas air dalam waktu 10 menit untuk menginduksi muntah, diikuti dengan 1 sendok teh arang aktif dalam setengah gelas air.Korban kemudian harus diletakkan sendiri dan tetap hangat.

Untuk meminimalkan kemungkinan kontaminasi, fasilitas makanan harus disimpan jauh dari tempat pestisida disimpan. Pestisida persediaan harus diperiksa secara periodik untuk memverifikasi persediaan dan untuk memeriksa kondisi produk. Tindakan pencegahan penyimpanan berikut harus diamati:
1.      Pestisida harus disimpan di daerah kering dan pada suhu yang tidak melebihi 35 º C.
2.      Daerah di mana pestisida harus disimpan terletak jauh dari makanan-penanganan dan area penyimpanan makanan, dan harus dikunci. Senyawa ini harus disimpan secara terpisah dari bahan-bahan berbahaya lainnya, seperti senyawa pembersih, produk minyak bumi, dan bahan kimia lainnya.
3.      Pestisida tidak boleh dipindahkan dari paket-paket mereka berlabel ke wadah penyimpanan lainnya. Penyimpanan pestisida dalam kemasan makanan kosong dapat menyebabkan keracunan pestisida.
4.      Pestisida wadah kosong harus ditempatkan dalam wadah plastik ditandai untuk pembuangan limbah berbahaya. Bahkan wadah kosong merupakan potensi bahaya karena bahan beracun sisa mungkin ada. Kertas dan koran dapat dibakar, tetapi kaleng aerosol kosong tidak harus dihancurkan melalui pembakaran.

Program pengendalian hama pada industri makanan memerlukan kecermatan yang tinggi agar tidak terjadinya kontaminasi produk makanan baik dengan hama atau dengan insektisida yang digunakan selama proses pengendalian hama.

Inspeksi Barang yang Baru Datang
a.    Melakukan pemeriksaan barang atau bahan baku yang baru dating dengan sesame dan mendalam, termasuk pemeriksaan kendaraan pembawa, pallet dan alat-alat bantu lainnya yang dipergunakan
b.    Membuat kebijakan yang tegas terhadap barang atau bahan baku yang bermasalah (ditolak atau difumigasi dahulu sebelum masuk ke bagian penerimaan atau gudang penyimpanan).

Terdapat 2 cara pengendalian hama pada industri makanan, yaitu pengendalian non kimiawi dan pengendalian kiimiawi.

1.    Pengendalian Non Kimiawi
a.         Sanitasi adalah satu dari beberapa bagian pentaing dalam pengendalian hama yaitu dengan sanitasi gudang yang baik. Sanitasi berguna untuk mengurangi ketersediaan makanan bagi hama dan juga membersihkan debu dimana keduanya dapat meningkatkan kelembaban yang dapat merusak komoditas dan juga disukai serangga hama. Kegiatan sanitasi juga meningkatkan efektivitas aplikasi insektisida, karena sanitasi yang jelek akan menyerap insektisida melalui debu dan serbuk bijian sehingga tidak tersedia untuk hama.
b.        Pest exclusion, suatu usaha untuk menghalangi berbagai jalan masuk untuk serangga hama ke dalam gudang. Kegiatan ini meliputi pemasangan kawat kasa, memperbaiki tembok dan lantai yang rusak yang dapat dijadikan tempat persembunyian oleh serangga hama, pemasangan tirai udara dan plastic strip door.
c.         Trapping dan biomonitoring. Pemasangan insect light trap, stickiy trap, dan pheromone trap. Kedua metode tersebut selain efektif sebagai alat monitor juga efektif sebagai alat pengendalian.
d.        Pengaturan suhu yaitu suhu tinggi dan rendah terutama untuk produk dalam kemasan. Pengaturan suhu ini hanya efektif pada skala kecil atau skala menengah pada kemasan karung.
e.         Modified atmosphere yaitu merubah lingkunagn serangga hama misalnya dengan menggantikan oksigen dengan CO2 atau nitrogen yang toksis terhadap serangga

2.    Pengendalian Secara Kimiawi
a.         Fumigasi adalah perlakuan dengan cara memberikan insektisida aktif berbentuk gas pada ruang tertutup. Fumigant bisa dalam bentuk padatan seperti metal phosphide yang bila bereaksi dengan uap air akan menghasilkan gas aktif phosphide atau dalam bentuk gas cair seperti metyl bromide.
b.        Residual treatment yaitu aplikasi insektisida yang dapat bertahan lebih dari 1 jam dan biasanya diaplikasikan pada permukaan
c.         Non-residual treatment yaitu aplikasi insektisida yang tidak meninggalkan residu dalam ruangan. Aplikasi non residu pada industri makanan dapat dilakukan  dengan space spray dengan thermal fogging dan atau cold fogging serta semprot langsung pada serangga sasaran.






IV.   KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penegndalian hama ini adalah sebagai berikut :
  1. Hama yang sering mengganggu industri makanan diantaranya adalah kecoa Jerman, kecoa Amerika, Oriental kecoa, lalat, lalat buah, tikus Norwegia, tikus rumah, merpati, pipit, dan jalak. 
  2. Pengendalian hama yang paling efektif melalui pencegahan masuk ke perusahaan makanan dan pembersihan daerah tempat tinggal dan sumber makanan untuk subsisten dan reproduksi dari hama.
  3.  Jika hama menjadi mapan, pestisida, perangkap, dan teknik pengendalian lainnya sangat penting. 
  4. Perangkat ini pemberantasan harus dianggap sebagai pelengkap, bukan pengganti praktek-praktek sanitasi efektif. Karena pestisida beracun, senyawa ini harus dipilih dan ditangani dengan hati-hati. 
  5. Tindakan pencegahan selama penggunaan, penyimpanan, dan pembuangan sangat penting. Meskipun karyawan terlatih dapat menangani pestisida, namun pembasmi hama profesional harus digunakan untuk aplikasi yang kompleks dan berbahaya.



DAFTAR PUSTAKA


Anon. 2002. A better mousetrap. Natl Provisioner. September:72.

Arthur, F., and T.W. Phillips. 2003. Stored-product insect pest management and control, eds. Y.H. Hiu et al., 341. New York: Marcel Dekker, Inc.

Brunner, J.F. 1994. IPM in fruit tree crops. Food Rev Int 10: 135.

Corrigan, R.M. 2003. Rodent pest management. In Food plant sanitation, eds. Y.H. Hui et al., 265. New York: Marcel Dekker, Inc.
DeSorbo, M.A. 2004. Combating cockroaches. Food Qual 11, no. 5: 24.

Eicher, E. 2004. Environmentally responsible pest management. Food Qual 11, no. 5: 29.

Gingrich, J.B., and T.E. Osterberg. 2003. Pest birds: Biology and management at food processing facilities, eds. Y.H. Hui et al., 317. New York: Marcel Dekker, Inc.

Hirsch, H. 2004. Pest of the month: Cigarette beetle. Food Saf Mag 10, no. 1: 59.

Katsuyama, A.M., and J.P. Strachan. 1980. Principles of food processing sanitation. Washington DC: The Food Processors Institute.

Mason, L. 2003. Insects and mites. In Food plant sanitation, eds. Y.H. Hui et al., 293. New York: Marcel Dekker, Inc.

Mills, R., and J. Pedersen. 1990. A flour mill sanitation manual, 55. St. Paul, MN: Eagan Press.

Mullen, M.A. 1997. Keeping bugs at bay. Feed Manage 48, no. 3: 29.

National Restaurant Association Education Foundation. 1992. Applied foodservice sanitation. 4th ed., New York:

John Wiley & Sons, in cooperation with the Education Foundation of the Restaurant Association.

Paschall, M.J., et al. 1992. Washington bugs out, integrated pest management saves crops and the environment. J Am Diet Assoc 92: 93.

Petersen, B., et al. 1996. Pesticide degradation: Exceptions to the rule. Food Technol 50: 221.

Shapton, D.A., and N.F. Shapton, eds. 1991. Buildings. In Principles and practices for the safe processing of foods, 37. Oxford: Butterworth-Heinemann.

Siddiqi, Z., 2001. New technologies in pest management prevent pathogen spread. Food Proc 62, no. 2: 63.










*


Tidak ada komentar:

Posting Komentar