I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Laut Indonesia sangat luas karena letaknya yang
dikelilingi oleh beberapa samudera. Hasil lau mengandung banyak kandungan gizi
yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Sehingga diperlukanlah penanganan
yang khusus bagi produk laut seperti ikan setelah ditangkap agar tidak cepat
mengalami kerusakan. Ini disebabkan karena ikan mudah rusak bila
penanganannya tidak tepat setelah penangkapan. Cara yang biasa dilakukan untuk
mengawetkan atau penanganan ikan adalah pendinginan, pembekuan, penggaraman,
pengasapan, dan pengeringan.
Surimi dibuat dengan
bahan dasar ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, berlemak rendah. Surimi sampai saat ini merupakan
jenis produk olahan ikan yang belum banyak di kenal di Indonesia. Jepang yang
merupakan negara asal surimi telah ratusan tahun dikenal dan menjadi bagian
industri yang penting. Dewasa ini surimi juga banyak berkembang negara-negara
barat.
Produk
makanan seperti surimi merupakan salah satu jenis pengolahan hasil perikanan.
Surimi dapat dibuat dengan menggunakan bahan mentah hampir dari semua jenis
ikan, sehingga sangat bermanfaat dalam pengolahan ikan-ikan bernilai ekonomi
rendah. Produk surimi belum terlalu dikenal oleh masyarakat Indonesia, padahal pembuatan produk hasil laut ini,
tidak terlalu sulit dan cukup
sederhana sehingga bisa lebih dikembangkan di masyarakat. Karena
selain memiliki nilai gizi yang tinggi, juga mudah mendapatkan bahan-bahan
dalam pembuatannya. Oleh karena itu praktikum ini dilakukan untuk mengetahui
cara pembuatan surimi dan pengaruh bahan tambahan dalam pembuatannya.
Tujuan Percobaan
Adapun
tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara pembuatan surimi yang baik dan
benar.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Surimi
merupakan konsentrat dari protein myofibrilar yang diperoleh dari daging ikan.
Sifat-sifat utamanya adalah membentuk gel yang elastis dan kuat melalui
perlakuan panas. Selain itu, disamping sebagai bahan gel, sifat-sifat protein
surimi yang baik yaitu sebagai bahan pengikat, dan bahan pengemulsi. Oleh
karena itu, surimi terutama digunakan sebagai ingredient structural dalam
formulasi seafood analog (Suzuki 1981).
Surimi
merupakan istilah Jepang yang menunjukkan pasta dari gilingan daging ikan yang
dibentuk selama proses pembuatan kamaboko yakni suatu produk tradisional
Jepang berbasis surimi. Saat daging ikan dipisahkan dari kulit dan duri secara
mekanis dinamakan hancuran daging ikan yang merupakan bahan awal untuk produksi
surimi. Apabila hancuran daging ikan dicuci dengan air, untuk menghilangkan
lemak dan komponen-komponen larut air, ini akan dihasilkan surimi. Surimi
merupakan konsentrat dari protein miofibrilar ikan dan mempunyai kemampuan dan
pembentukan gel, pengikatan air, pengikatan lemak dan sifat-sifat fungsional
dibandingkan hancuran daging ikan. Perkembangan produk baru yang berbasis
surimi yaitu produk analog seperti analog daging, analog kepiting dan surimi
kering (Ockerman H.W, 1983).
Metode pembekuan yang sangat sesuai untuk surimi
adalah pembekuan cepat (quick freezing), biasanya menggunakan air blast
freezer. Pembekuan cepat memiliki kelebihan dibandingkan dengan pembekuan
lambat karena kristal es yang terbentuk kecil-kecil sehingga kerusakan mekanis
yang terjadi lebih sedikit. Hal ini berdampak pada waktu dilakukan pelelehan
(thawing), dapat meminimalisir terjadinya drip loss yaitu ikut larutnya
komponen-komponen yang ada pada surimi terutama protein miofribril yang
bertanggung jawab terhadap kekuatan gel (Winarno, 2004).
III. METODE PERCOBAAN
Alat dan Bahan.
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini
yaitu :
- Pisau
- Talenan
- Kain saring
- Wadah
- Blender
- Kulkas
- Timbangan
Bahan-bahan yang digunakan pada
praktikum kali ini yaitu:
- Ikan biji nangka dan Ikan
- Air Es batu
- Gula
Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut
:
1.
Ikan segar disiangi dengan cara dibuang kepala dan isi
perut ikan kemudian dicuci bersih
2.
Daging ikan dikerok dengan pisau
3.
Dilakukan proses leaching selama 15 menit dengan air es
sambil diaduk sebanyak 3 kali, pada pencucian ke-3 ditambahkan garam 0,9%
4.
Ditambahkan gula 9% dan tepung kanji 0,6% lalu diaduk
sampai rata
5.
Daging ikan dihaluskan menggunakan blender
6.
Surimi dikemas dalam plastik gula dan diberi label
7.
Disimpan dalam suhu beku
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
- Hasil
Kelompok
|
Bahan
|
Warna
|
Tekstur
|
% Rendemen
|
I
|
Leubim
|
Cerah
|
Tidak kenyak
|
75%
|
II
|
Leubim
|
Cerah
|
Tidak kenyal
|
75%
|
III
|
Ikan pisang
|
Sangat cerah
|
Tidak kenyal
|
|
Olahan Data :
- Pembahasan
Surimi adalah produk daging ikan lumat yang telah
dicuci dengan air dan dicampur dengan krioprotektan untuk penyimpanan beku.
Protein larut air (protein sarkoplasma), enzim, darah, komponen logam, dan
lemak akan dikeluarkan selama proses pencucian. Sehingga, daging ikan giling
yang telah dicuci akan mengandung sejumlah besar protein serat yang larut garam
(protein miofibrilar). Konsistensi surimi mirip dengan bubur kentang. Miosin
dan aktin merupakan komponen utama dari protein ikan yang larut garam (protein
miofibrilar) dan berperan penting dalam membentuk karakteristik utama surimi,
yaitu kemampuan untuk membentuk gel yang kokoh tetapi elastis pada suhu yang
relatif rendah sekitar 40oC (Anonim, 2010b).
Dampak Untuk menghindari
danaturasi protein, biasanya telah ditambahkan dengan gula atau sodium
tripolifosfat. Bahan ini juga disimpan dalam kantong plastik sebagai pelindung.
Dengan dikemas beku, memudahkan dan mengefisienkan proses transportasi. Saat
surimi akan digunakan, dilakukan pelelehan. Penambahan natrium tripolifosfat
semakin tinggi menyebabkan pH semakin tinggi hal ini disebabkan fosfat yang
terkandung dalam natrium tripolifosfat berpengaruh pada pH karena ketetapan
ioisasi basa pada natrium tripolifosfat lebih besar dari asamnya. Fosfat
memiliki muatan negative yang dapat bergabung dengan muatan positif dari
protein daging sehingga menimbulkan kelebihan muatan negatif akibatnya nilai pH
meningkat (Sumarlin, 2002).. Fungsi nya adalah sebagai zat
antidenaturasi yang sering digunakan bersamaan dengan 0,3% sodiun fosfat.
Pemanbahan polifospat dapat menyebabkan surimi tahan disimpan selama dari satu
tahun.
Karena pencucian dengan air es bertujuan untuk mempertahankan
suhu ikan selama pengadukan serta untuk menghilangkan bau amis pada ikan. Hal
ini sesuai dengan Anonim (2008e), bahwa pencucian dilakukan untuk menghilangkan bau yang
tidak disukai. Pencucian berguna untuk memisahkan darah, bahan organik, enzim,
urea, protein larut air serta memperbaiki bau dan warna.
Tahap – tahap proses
pengolahan surimi adalah sebagai berikut :
Ikan harus segera diproses setelah
tertangkap. Jika tidak mungkin, ikan segera dibekukan
dan harus dipertahankan atau disimpan pada suhu rendah selama proses pembuatan
surimi. Jika digunakan ikan beku maka ikan harus dilelehkan dalam
air, atau yang lebih cepat dengan microwave, dan ikan yang telah
dilelehkan tersebut harus segera diolah. Penyiangan (pembuangan
kepala dan isi perut) Kepala dan isi perut harus dibuang sebelum pemisahan
daging. Jika bagian ikan tersebut tercampur dengan daging maka kualitas surimi
akan menurun, karena: kepala dan isi perut ikan mengandung lemak dan protease
yang dapat menurunkan kemampuan membentuk gel isi perut akan menggelapkan warna
surimi. Ikan yang telah disiangi dicuci bersih untuk menghilangkan
sisa-sisa isi perut, darah, sisik, dan lain-lain. Hal ini harus dilakukan dengan
hati-hati agar tidak merusak daging antara lain sebagai berikut :
I. Pemisahan daging. pemisahan daging dapat
dilakukan dengan alat pemisah daging (meat separator). Ikan dipres pada
lempengan logam yang berlubang-lubang berdiameter 3 -5 mm dimana daging ikan
akan terperas keluar melalui lubang-lubang tersebut sedangkan kulit dan tulang
tertinggal pada lempengan. Selama proses pemisahan ini suhu daging ikan
dipertahankan tetap rendah. Ikan yang berukuran besar lebih dahulu difillet dan
dibuang tulangnya untuk memisahkan lemak dan daging merahnya.
II. Pencucian. pencucian dengan air
es merupakan tahap yang paling penting dalam pembuatan surimi karena dalam
proses pencucian ini komponen nitrogen terlarut, darah, pigmen dan juga lemak
yang ada pada daging lumat terbuang, sedangkan protein miofibrilar menjadi
pekat, sehingga kemampuan membentuk gel meningkat. Konsentrat protein yang
tercuci ini memiliki kekuatan tarik dan elastisitas yang baik. Pencucian juga
menghilangkan bau dan warna, terutama jika kesegaran ikan tidak prima lagi. Tahapan
pencucian pada dasarnya sebagai berikut :
- Penambahan air es (suhu 1°C) 3- 4 kali volume daging lumat.
- Pengadukan campuran sampai homogen.
- Pembuangan kotoran dan pengendapan daging.
- Pemisahan air dan lemak yang mengapung.
Pencucian ini dilakukan berulang-ulang, biasanya 3 - 5
kali. Untuk usaha skala kecil biasa digunakan ember. sedang pada skala industri
digunakan tangki berkapasitas 0,5- 1 ton dengan pengaduk dan/atau pompa vakum
untuk memasukkan daging ikan lumat ke dalamnya. Untuk mencuci daging merah ikan
dapat digunakan mesin pemutih daging yang terdiri atas tangki pencuci, saringan
yang berputar, pompa, saringan dan semprotan air.
III.
Pemerasan/pemisahan
air pencuci
Setelah pencucian kandungan air harus diturunkan- sampai
sekitar 85%. Pada industri skala kecil dapat digunakan kain saring dan alat
pengepres. Proses ini menghasilkan surimi berkualitas tinggi karena suhu daging
ikan tidak naik selama pemerasan air, sehingga denaturasi protein dapat
dihindari.
IV.
Pelumatan/pencacahan.
Daging
yang telah diperas airnya dimasukkan ke dalam mesin pencacah daging. Kegiatan ini
harus dilakukan dalam ruangan bersuhu rendah dan daging serta mesin pencacah
harus didinginkan terlebih dahulu sebelum dioperasikan.
V.
Penggilingan
dan pencampuran. Dalam industri skala kecil pencampuran dapat dilakukan dengan
mortar yang terbuat dari batu atau stainless steel. Sedangkan dalam industri
skala besar digunakan blender atau 'silent cutter'. Produk akhir ini disebut
surimi. Produk dikemas dalam bentuk blok dan pembekuan serta penyimpanannya
dilakukan sesuai dengan petunjuk teknis pembekuan ikan.
Produk – produk lanjutan dari proses pengolahan surimi adalah nugget,
sosis, bakso, Breaded Ikan, Fish Finger, Fish Cake. Perbedaan antara
ikan leubim dan ikan pisang adalah daging nya. Pada daging ikan leubim agak
keras ketika melakukan perlakuan pertama yaitu pengambilan dagingnya sedangkan
ikan pisang lunak sehingga dalam pengolahanya lebih mudah menggunakan bahan
dari ikan pisang. Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa ikan leubim warna
nya cerah saja sedangkan ikan pisang warnanya sangat cerah, sedangkan tekstur
nya sama – sama tidak kenal dan juga rendemen dari ikan leubim adalah 75%
sedangkan ikan pisang...........
V. PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari hasil praktikum
hari ini adalah sebagai berikut :
1. Fungsi
nya adalah sebagai zat antidenaturasi yang sering digunakan bersamaan dengan
0,3% sodiun fosfat. Pemanbahan polifospat dapat menyebabkan surimi tahan
disimpan selama dari satu tahun.
2. Hal ini harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak
daging antara
lain sebagai berikut :
·
Pemisahan daging
·
Pencucian.
·
Pemerasan/pemisahan
air pencuci
·
Pelumatan/pencacahan
·
Penggilingan dan
pencampuran
3.
Produk – produk lanjutan dari
proses pengolahan surimi adalah nugget, sosis, bakso, Breaded Ikan, Fish Finger, Fish Cake
4. Pencucian dilakukan untuk menghilangkan
bau yang tidak disukai, pencucian
juga berguna untuk memisahkan
darah, bahan organik, enzim, urea, protein larut air serta memperbaiki bau dan
warna.
5. Perbedaan antara ikan leubim dan ikan pisang adalah
daging nya. Pada daging ikan leubim agak keras ketika melakukan perlakuan
pertama yaitu pengambilan dagingnya sedangkan ikan pisang lunak sehingga dalam
pengolahanya lebih mudah menggunakan bahan dari ikan pisang
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
2010b. Pembesaran Ikan Kakap Putih. http://warintek.ristek.go.id/
perikanan/Ikan%20Laut/pembesaran_ikan_kakap_putih.pdf. Akses tanggal 29 Oktober 2013, Aceh
Anonim, 2009b. Surimi
Makanan dari Jepang. http://www.dev.
p3international.org. Akses Tanggal 29 Oktober 2013, Aceh
p3international.org. Akses Tanggal 29 Oktober 2013, Aceh
Ockerman HW. 1983. Chemistry of Meat Tissue.
Ed ke-10. Departemen of Animal Science. The Ohio State Univ and The Ohio
Agricultural Research and Development Center.
Suzuki T. 1981. Fish and Krill Protein
Processing Technology. Applied Science Publishing. Ltd. London.
Winarno,
F.G., 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka
Utama: Jakarta.
Utama: Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar